Serambi Lampung.Com – Perkumpulan Paluma Nusantara bermitra dengan Asian disaster Preparadnes Centre (ADPC), melaksanakan program memperkuat kemitraan untuk ketangguhan masyarakat (Mitra Tangguh) di Desa Canti dan Desa Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.

Hal tersebut sebagai salah satu komponen program adalah penguatan sistem komunikasi dan informasi kebencanaan.
Acara yang dipusatkan di Aula Pertemuan RM Alam Mutiara, Kalianda, Kamis, 6 Febuari 2025 itu di hadiri Kepala Pelaksana BPBD Lampung Selatan Ariswadi, sejumlah perwakilan Desa Tangguh Bencana (Destana) dari sejumlah desa, OPD, akademisi, ormas keagamaan, camat dan pihak lainnya.
Dimana, Sistem informasi kebencanaan, dirancang untuk memberikan kemudahan akses data dan informasi secara real-time. Sehingga dapat meningkatkan kesiapan masyarakat dan memperkuat koordinasi antarlembaga dalam menghadapi potensi bencana.
Sistem informasi tersebut memungkinkan organisasi untuk mengambil keputusan yang terbaik, termasuk keputusan manajemen, keputusan operasi, dan keputusan strategis.
Project Manager Sprint Nanang Priyana, mengatakan Kabupaten Lampung Selatan menempati rangking ke-4 daerah di Provinsi Lampung yang memiliki tingkat kerawan bencana tinggi berdasarkan buku Indeks Risiko Bencana (IRB) Indonesia tahun 2023, yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Hal itu menunjukkan bahwa wilayah Lampung Selatan termasuk zona merah daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi.
Berdasarkan buku IRB yang dikeluarkan BNPB, Lampung Selatan menempati urutan ke-4 di Lampung yang memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi di Provinsi Lampung, dibawah Pesisir Barat, Lampung Timur dan Lampung Barat.
Meski demikian, terjadi penurunan nilai IRB Lampung Selatan, dibandingkan pada 2022 lalu Lampung Selatan memiliki skor 150.32 sementara pada 2023 mendapat skor 146.47.
“Namun penurunan skor ini belum mengubah Kabupaten Lampung Selatan berada di wilayah yang risiko bencana dengan kategori tinggi,” ujarnya.
Nanang mengatakan, selain ancaman bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami, pada saat musim hujan potensi bencana Hidrometeorogi patut diwaspadai masyarakat seperti banjir, puting beliung dan juga banjir bandang yang bisanya terjadi karena kiriman dari daerah lain.
“Dengan besarnya ancaman bencana, perlu dilakukan upaya pengurangan risiko bencana,” katanya.
Dia menjelaskan, pengurangan resiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi resiko bencana melalui upaya sistematis dalam menganalisa dan mengurangi faktor-faktor penyebab bencana.
Pengurangan risiko bencana, kata Nanang, dapat dengan mempertimbangkan aspek berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak terkait.
“Upaya ini dilakukan dengan komitmen yang kuat dengan mengedepankan tindakan-tindakan yang harus diprioritaskan,”jelasnya.
Penyusunan prioritas tersebut perlu dilakukan untuk membangun dasar yang kuat dalam melaksanakan upaya pengurangan risiko bencana yang berkelanjutan serta mengakomodasikan kesepakatan internasional dan regional dalam rangka mewujudkan upaya bersama yang terpadu.
Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana.
Di samping kejadian-kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya perencanaan dan pengaturan dalam penanggulangan bencana.
“Pada proses penanggulangan bencana alam, kebutuhan tidak hanya pada aspek logistik, akomodasi dan transportasi, kesehatan atau pakaian. Akan tetapi kebutuhan terhadap sistem informasi pada pada proses penanggulangan bencana berbasis manajemen, sangat dibutuhkan untuk memudahkan melakukan kerja operasional yang sistematis dan terkontrol dengan baik,” katanya.
Dia berharap, peserta memahami peran sistem informasi dan komunikasi kebencanaan sebagai upaya mitigasi bencana. Peserta dapat memahami implementasi sistem informasi dan komunikasi penanggulangan bencana.
“Kita harapkan, kesepakatan implementasi sistem komunikasi dan informasi peringatan dini terhadap bencana tsunami selat sunda,”tegasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan Ariswandi, berharap peserta yang hadir dapat menyampaikan informasi yang diperoleh dari kegiatan ini. Hal ini untuk memberikan pemaahaman dalam kebencanaan. Sehingga, korban jiwa tidak banyak.
“Bencana boleh terjadi. Tapi, kami berharap korban jiwa tidak ada. Selain itu, kami juga berharap semoga kegiatan ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua,”katanya. (MAN)
