Bandar Lampung – Pelaksanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Provinsi Lampung tahun 2025 menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan.
Sejumlah pelatih karate dari Berbagai Kabupaten yang anak didiknya Lolos di O2SN tingkat Provinsi Lampung, secara terbuka mengecam kinerja panitia yang dinilai tidak profesional, amburadul, dan mencederai semangat sportivitas.
Menurut para pelatih, ketidakberesan yang terjadi bukan hanya mencoreng wajah dunia pendidikan dan olahraga Lampung, tetapi juga merugikan secara langsung para atlet muda yang telah berlatih keras demi mengharumkan nama daerah.
“Kami sangat kecewa. Penyelenggaraan O2SN tahun ini benar-benar kacau. Jadwal berubah-ubah, informasi simpang siur, dan koordinasi antar panitia sangat buruk,” ujar salah satu pelatih karate dengan nada kesal.
Ia menambahkan, transisi pelaksanaan dari sistem daring ke luring dilakukan secara mendadak dan tanpa penjelasan yang memadai. Hal itu membuat para pelatih dan sekolah kebingungan mempersiapkan atlet.
“Awalnya dikatakan pelaksanaan dilakukan secara online, lalu tiba-tiba berubah ofline. Proses pengunggahan video juga sangat menyulitkan karena tenggat waktu yang mepet dan kurangnya pendampingan teknis dari panitia,” ujarnya.
Lebih lanjut, para pelatih menilai ajang ini tidak lagi mencerminkan semangat pembinaan, melainkan hanya sebagai kegiatan seremonial tahunan yang minim persiapan dan kontrol kualitas.
“Ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal masa depan anak-anak. Mental, disiplin, dan sportivitas mereka sedang dibentuk melalui ajang seperti ini. Panitia tidak boleh main-main,” tegas pelatih lainnya.
Kritik keras juga disampaikan kepada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dan pihak-pihak terkait yang dinilai menutup mata terhadap kekacauan ini. Ketidaktegasan dalam pengawasan membuat persoalan serupa terus berulang setiap tahun.
“Dunia karate Lampung tidak butuh orang-orang sok hebat. Kita butuh orang yang benar-benar punya komitmen, kerja nyata, dan mau berjuang bersama. Bukan cuma asal duduk di kursi,” ucap salah satu tokoh karate Lampung yang enggan disebut namanya.
Para pelatih mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap panitia dan sistem pelaksanaan O2SN. Mereka menegaskan tidak akan tinggal diam jika permasalahan ini terus dibiarkan tanpa solusi.
“Jangan jadikan anak-anak sebagai korban sistem yang buruk. Bila perlu, kami akan sampaikan protes ini ke tingkat nasional. Jangan sampai prestasi generasi muda Lampung dikorbankan hanya karena ketidakmampuan panitia,” tegas mereka menutup pernyataan. (red).
