SERAMBI LAMPUNG – Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama membuka secara resmi sosialisasi konsep city branding. Ini dilakukan untuk menciptakan Lamsel dikenal secara nasional dan internasional.
Kegiatan yang di inisiasi Badan Riset Daerah (Bribda) Lampung Selatan itu, dilaksanakan pada Rabu, 17 September 2025, di Aula Krakatau Kantor Bupati Lamsel.
Dalam sambutanya, Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama, menyatakan Inilah contoh nyata bahwa riset dan inovasi bukan hanya milik laboratorium. Namun, menjadi bagian penting dari pembangunan daerah.
“Hari ini kita tidak sedang berbicara tentang rutinitas seremonial. Kita sedang bicara tentang masa depan Lampung Selatan. Kita hidup di era kompetisi antar wilayah. Bukan lagi soal siapa yang paling kaya sumber daya, tapi siapa yang paling mampu mengemas potensi menjadi keunggulan, dan menjadikannya daya saing,”katanya.
Menurut dia, program City Branding bukan hanya soal logo dan tagline. Tapi, strategi jangka panjang untuk membangun citra, mengkomunikasikan identitas dan menciptakan persepsi positif tentang daerah kita, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dimana, jelas dia, Lampung Selatan punya modal besar, dengan luas wilayah 2.109,74 km, terdiri dari 17 kecamatan, 256 desa, dan 4 kelurahan. Dengan Garis pantai 247 km, lebih dari 90 destinasi wisata. Lalu, 16.725 pelaku UMKM, dari sektor kuliner, kerajinan, hingga agrobisnis. Kemudian, Lamsel posisinya strategis sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera, melalui Pelabuhan Bakauheni.
Namun persoalannya jelas potensi ini belum dikemas dan dikomunikasikan secara sistematis, belum ada narasi tunggal tentang siapa kita di mata publik nasional, masih kurangnya sinkronisasi antara data, riset, dan kebijakan promosi, serta identitas daerah kita belum kuat secara strategis.
“Di tengah arus digitalisasi, era Pasca Pandemi, dan ekonomi berbasis pengalaman, branding bukan lagi pilihan. Tetapi merupakan kebutuhan.
Semua kota dan daerah kini berlomba menampilkan diferensiasi, baik untuk investasi, pariwisata, produk lokal, hingga positioning politik. City Branding adalah cara kita bicara kepada dunia,”jelasnya.
Kendati demikian, kata dia, branding itu tidak bisa diraih dengan instan. Tapi, harus dirancang dengan cerdas dan berbasis riset. ” Maka saya menegaskan identitas yang kuat adalah fondasi dari kemajuan daerah. Tanpa identitas, kita hanya akan menjadi penonton dalam panggung persaingan global. Untuk itu, saya mengajak semua peserta untuk aktif berdiskusi, terbuka dalam berbagi gagasan, dan fokus pada hasil nyata yang bisa kita tindak lanjuti bersama,”tegasnya. (MAN)
