Dinkes Bandarlampung Nyatakan Belum Ada Kasus Hepatitis Akut Ditemukan
BANDARLAMPUNG - Sampai saat ini belum ada kasus Hepatitis Akut ditemukan di Kota Bandarlampung.
Demikian disampaikan Plt. Kepala Dinas kesehatan Kota Bandarlampung, Desti Mega Putri saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (9/5). “Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada kasus Hepatitis Akut di Bandarlampung dan jangan sampai ada ya,” kata dia.
Ia juga mengatakan, antisipasi pemerintah kota khususnya dinas kesehatan terkait hal ini satu-satunya adalah mengimbau masyarakat untuk taat protokol kesehatan.
“Satu-satunya upaya kita ya minta masyarakat untuk cuci tangan, pakai masker, jaga kebersihan, sudah tidak ada yang lain. Karena sampai saat ini pun vaksin belum ada, obatpun belum ada,” lanjutnya.
Menjelang PTM (Pembelajaran Tatap Muka) di Bandarlampung pada 11 Mei 2022 mendatang, Desti mengimbau sekolah agar menjaga siswa-siswinya untuk tidak jajan sembarangan terlebih dahulu.
“Saya sebenarnya belum tahu pasti berapa durasi PTM nanti ini. Tapi setahu saya belum penuh seperti sekolah biasanya (sebelum COVID-19) jadi sebaiknya jangan jajan sembarangan dulu, atau jika memang ingin makan disekolah sebaiknya membawa bekal,” katanya.
Hal itu dikarenakan, virus Hepatitis Akut ini bisa menular melalui air liur sehingga siswa-siswi sebaiknya membawa bekal makanan dari rumah untuk menghindari alat makan bersama.
Sekolah juga diminta tetap menyiapkan tempat cuci tangan, sabun, handsanitizer, dan masker. Orang tua juga diharapkan untuk tidak lupa membawakan putra-putrinya handsanitizer dan masker.
Ia juga mengimbau orang tua dan guru untuk segera membawa siswa-siswi yang memiliki gejala penyakit ini ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas atau rumah sakit.
Gejala-gejala Hepatitis akut dalam beberapa kasus mirip seperti hepatitis biasa di antaranya adalah mual, muntah, diare, demam, urin berwarna kecoklatan, kulit berwarna kuning, nyeri atau rasa, dan warna feses pucat.
Selain itu, Desti juga menyampaikan, pihaknya akan melakukan swab antigen secara acak kepada siswa sekolah setelah PTM berlangsung.
“Kalau sesuai peraturan dari kementerian kesehatan, rapid tes antigen ini dilakukan setelah satu bulan pelaksanaan PTM. Jadi mereka akan masuk dulu baru kami lakukan kepada siswa dan pengajar. Semoga tidak ada kasus ya karena sekarang kan kasus COVID-19 sudah melandai,” katanya.
Desti juga mengatakan, sistem swab antigen ini juga masih sama, yaitu hanya mengambil sampel siswa sebanyak 10 persen dari total keseluruhan. (oza)