Dampak Erupsi Gunung Semeru, 14 orang meninggal, 56 Luka berat dan ringan  

Dampak Erupsi Gunung Semeru, 14 orang meninggal, 56 Luka berat dan ringan   

Korban erupsi Gunung Semeru mohon bantuan pemerintah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan 14 orang diketahui meninggal dunia setelah Gunung Semeru meletus pada Sabtu (04/12).

Dalam keterangan hari Minggu (05/12) petang, BNPB juga mengatakan jumlah korban luka berat dan ringan 56 orang.

"Jumlah korban meninggal dunia, terdata hingga saat ini (Minggu petang WIB) 14 orang," ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kapusdatin BNPB Abdul Muhari, dalam keterangan pers daring.

Dari para korban meninggal tersebut, lima yang berada di RS Bhayangkara, Lumajang, belum bisa diindentifikasi, kata Muhari.

"Untuk korban luka berat, 35 orang adapun yang luka ringan berjumlah 21 orang sehingga jumlah total korban luka adalah 56 orang," kata Muhari.

SUMBER GAMBAR,ANTARA

Keterangan gambar,

Warga mencari sisa barang dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (05/12).

SUMBER GAMBAR,ANTARA

Keterangan gambar,

Warga yang terdampak dievakuasi.

Erupsi Gunung Semeru berdampak di delapan kecamatan yang menyebabkan sekitar 1.300 orang mengungsi.

Presiden Joko Widodo memerintahkan jajarannya untuk melakukan tindakan cepat dalam menangani dampak erupsi Gunung Semeru.

"Presiden telah memerintah untuk segera melakukan tindakan secepat mungkin, melakukan langkah tanggap darurat, mencari, dan menemukan korban, memberikan perawatan kepada korban luka-luka dan melakukan penanganan dampak bencana," kata Pratikno, dalam keterangan persnya, Minggu (05/12).

Pratikno menambahkan, presiden juga memerintahkan agar pelayanan kesehatan, logistik kebutuhan dasar bagi pengungsi, dan perbaikan infrastruktur dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.

 

Cerita warga: Trauma, hingga seluruh harta benda hilang

SUMBER GAMBAR,BNPB

Keterangan gambar,

Sejumlah warga mengungsi di fasilitas pendidikan akibat erupsi Gunung Semeru, Sabtu (04/12).

Warga Lumajang, korban erupsi Semeru, mengungkapkan rasa trauma dan enggan kembali ke rumah akibat erupsi Semeru.

Ngatemi, warga Dusun Supit Urang, Desa Sumbersari, mengatakan takut terjadi erupsi susulan yang lebih besar.

"Semua hewan ternak masih disana, tolong dibantu rumahnya, anak masih kecil, suami juga jauh, tolong dibantu," kata Ngatemi kepada wartawan Sugiarto yang melaporkan kepada BBC News Indonesia di Lumajang, Minggu (15/12).

SUMBER GAMBAR,ANTARA

Keterangan gambar,

Seorang warga mengangkut barang yang bisa diselamatkan dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (05/12).

Ngatemi dan lima anggota keluarganya menyelamatkan diri menuju lokasi pengungsian.

"Rumah tidak bisa ditempati, semua habis tidak ada tersisa. Tolong pemerintah, tolong cepat, kasihan anak-anak masih kecil, ini sudah yang kedua kali. Kami buth air bersih, sembako," katanya.

Senada, korban lainnya dari Desa Oro-oro Ombo, Siti Mudmainan tidak akan kembali ke rumah sementara waktu hingga status Gunung Semeru kembali stabil.

"Trauma, kita waspada ada susulan, sementara bertahan dulu cari aman, lihat situasi," kata Siti.

Di pengungsian, Siti, anak-anaknya, dan penyintas lain berharap bantuan dari pemerintah.

"Kami butuh makanan, alat tidur, pakaian dan minuman untuk anak anak, tadi malam hanya makan mie instan satu mangkuk, tadi ada makanan ringan, dari Ibu Mensos," kata Siti.

"Kami tidak bawa apa-apa dari rumah, langsung lari saja, takut kena hujan lumpur, kondisi rumah tidak tahu bagaimana," ujarnya.

Sementara itu, warga terlihat dalam rekaman video menyelamatkan diri dengan latar kepulan asap tebal dari Gunung Semeru.

Para saksi mata menggambarkan desa-desa penuh dengan abu dan suasana gelap karena asap tebal menutupi langit.

Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati dalam jumpa pers bersama BNPB, Sabtu (04/12) mengatakan, evakuasi belum dilakukan karena terkendala tebalnya lumpur di sekitar lokasi warga yang ditemukan meninggal dunia. Ia mengatakan belum diketahui penyebab meninggalnya warga.

Dalam jumpa pers itu, Indah meminta kepada BNPB, "apabila cuaca memungkinkan, ada helikopter yang bisa memantau rakyat kami yang terjebak karena kami kesulitan betul."

"Kasihan dan ini keluarganya menangis semua ini karena ada sekitar delapan sampai 10 orang yang terjebak. Barang kali ada heli yang bisa memantau," kata Indah.

Upaya evakuasi terhambat tebalnya asap, putusnya listrik dan hujan deras selama erupsi sehingga mengakibatkan kondisi jalan berlumpur.

Informasi terkait penerbangan dari AirNav Indonesia menyebutkan sampai Sabtu petang, "tidak ada dampak signifkan aktivitas erupsi Gunung Semeru terhadap operasional pelayanan navigasi penerbangan oleh AirNav Indonesia, baik di Cabang Surabaya, Cabang Denpasar, Cabang Semarang, Cabang Yogyakarta maupun Cabang Solo."

Sejarah Panjang Letusan Gunung Semeru

Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam pada 1818, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan," kata Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Sabtu (04/12).

Pada 1941-1942, terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.

Menurut Muhari, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.

"Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan," paparnya dalam keterangan tertulis.

Gunung Semeru

SUMBER GAMBAR,AGUS HARIANTO/AFP

Keterangan gambar,

Aktivitas vulkanik berupa lahar panas dari Gunung Semeru, 26 Agustus 2021.

Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959, serta 1960.

Dan ini terus berlanjut. "Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya," ujarnya.

Seperti pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar.

Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan.

"Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak," katanya. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 - 1989.

Gunung Semeru

SUMBER GAMBAR,UNIVERSALIMAGESGROUP/GETTY

Keterangan gambar,

Gunung Semeru, 15 Agustus 2001.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008.

Pada 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008.

"Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter," katanya.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko.

Gunung Semeru

SUMBER GAMBAR,ULET IFANSASTI/GETTY

Keterangan gambar,

Gunung Semeru, 31 Juli 2015.

"Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 - 4 kali setiap jam," tambahnya.

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya, jelasnya.

"Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru," tambahnya lebih lanjut.